SUKA MENDENGKUR SAAT TIDUR? WASPADA GANGGUAN SLEEP APNEA

Artikel Detail Artikel

15 Desember

11 bulan yang lalu

SUKA MENDENGKUR SAAT TIDUR? WASPADA GANGGUAN SLEEP APNEA

Apnea tidur atau sleep apnea adalah gangguan tidur yang menyebabkan pernapasan seseorang terhenti sementara selama beberapa kali saat sedang tidur. Kondisi ini dapat ditandai dengan mengorok saat tidur dan tetap merasa mengantuk setelah tidur lama.

Istilah apnea pada sleep apnea berarti pernapasan terhenti atau berhenti bernapas. Penderita sleep apnea dapat berhenti bernapas selama sekitar 10 detik sebanyak ratusan kali selama tidur.

Kondisi ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan tubuh kekurangan oksigen dan memunculkan keluhan sesak napas di malam hari. Pada wanita, kondisi ini terkadang bisa menyebabkan mendengkur saat hamil.

 

Penyebab Sleep Apnea

Sleep apnea disebabkan oleh berbagai faktor. Berikut adalah beberapa jenis sleep apnea menurut penyebabnya:

- Obstructive sleep apnea
Obstructive sleep apnea terjadi ketika otot di belakang tenggorokan terlalu rileks. Kondisi ini membuat saluran pernapasan menyempit atau menutup saat menarik napas, misalnya karena lidah tertelan

- Central sleep apnea
Central sleep apnea terjadi ketika otak tidak dapat mengirimkan sinyal dengan baik ke otot yang mengontrol pernapasan. Hal ini menyebabkan penderita tidak bisa bernapas selama beberapa waktu.

- Complex sleep apnea
Sleep apnea jenis ini merupakan gabungan dari obstructive sleep apnea dan central sleep apnea.

 

Faktor risiko sleep apnea

Apnea tidur dapat terjadi pada siapa saja, bahkan pada anak-anak. Namun, seseorang akan lebih berisiko terserang sleep apnea jika memiliki beberapa faktor risiko di bawah ini:

- Berjenis kelamin laki-laki

- Berusia 40 tahun ke atas

- Memiliki amandel dan lidah yang besar atau rahang yang kecil

- Terdapat hambatan di hidung akibat tulang hidung yang bengkok

- Memiliki penyakit alergi atau gangguan sinus

- Mengonsumsi minuman beralkohol atau kecanduan alkohol

- Mengonsumsi obat tidur

- Merokok

 

Gejala Sleep Apnea

Pada banyak kasus, penderita tidak menyadari dirinya mengalami gejala sleep apnea. Gejala tersebut justru disadari oleh orang yang tidur sekamar dengan penderita.

Beberapa gejala umum  yang muncul saat penderita sleep apnea sedang tidur adalah:

- Mengorok dengan keras

- Berhenti bernapas selama beberapa kali ketika sedang tidur

- Tersengal-sengal berusaha mengambil napas atau sesak napas saat tidur

- Terbangun dari tidur akibat merasa tercekik atau batuk di malam hari

- Sulit tidur

 

Selain gejala yang muncul saat tidur, penderita sleep apnea juga bisa merasakan keluhan setelah bangun dari tidur, antara lain:

- Terbangun dengan mulut yang terasa kering

- Sakit kepala ketika baru bangun tidur

- Merasa sangat mengantuk di siang hari

- Sulit berkonsentrasi, belajar, atau mengingat sesuatu

- Mengalami perubahan mood dan mudah marah

- Mengalami penurunan libido

 

Kapan harus ke dokter

Konsultasikan ke dokter jika Anda mengalami gejala di atas atau apabila orang lain mengatakan bahwa Anda mengalami hal tersebut. Periksakan diri juga ke dokter jika Anda merasakan gejala-gejala di atas setelah bangun dari tidur atau merasa kualitas hari Anda menurun.

 

Diagnosis Sleep Apnea

Pada tahap awal pemeriksaan, dokter akan menanyakan gejala yang dialami oleh pasien, baik pada pasien sendiri maupun kepada keluarganya, terutama yang tidur bersama pasien. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, seperti menimbang berat badan, serta memeriksa kondisi hidung dan tenggorokan.

Setelah itu, dokter akan meminta pasien untuk menjalani pemeriksaan pola tidur. Pada pemeriksaan ini, dokter akan memantau pola pernapasan dan fungsi tubuh pasien ketika sedang tidur, baik di rumah maupun di klinik khusus di rumah sakit.

 

Tes-tes yang dilakukan untuk mendeteksi sleep apnea adalah:

- Tes tidur di rumah
Pada pemeriksaan ini, pasien akan membawa pulang alat khusus yang dapat merekam dan mengukur detak jantung, kadar oksigen dalam darah, aliran napas, dan pola napas ketika tidur.

- Polisomnografi (nocturnal polysomnography)
Pada pemeriksaan ini, dokter akan menggunakan peralatan yang memonitor aktivitas jantung, paru-paru, dan otak, pola pernapasan, gerakan lengan dan kaki, serta kadar oksigen dalam darah saat pasien tidur.

 

Pengobatan Sleep Apnea

Pengobatan apnea tidur tergantung pada kondisi pasien dan tingkat keparahan sleep apnea yang dialaminya. Sleep apnea ringan dapat ditangani secara mandiri, misalnya dengan menurunkan berat badan, berhenti merokok, berhenti mengonsumsi minuman beralkohol, dan mengubah posisi tidur menjadi menyamping atau tengkurap.

 

Jika kondisinya sudah cukup parah, sleep apnea perlu mendapatkan penanganan medis, antara lain dengan:

Terapi khusus

Jika perubahan pola hidup tidak berhasil mengatasi gejala apnea tidur atau jika gejala yang muncul sudah cukup parah, penderita dianjurkan untuk menjalani terapi dengan alat-alat berikut:

- CPAP (continuous positive airway pressure)
Alat ini digunakan untuk meniupkan udara ke saluran pernapasan melalui masker yang menutupi hidung dan mulut penderita sleep apnea saat tidur. Tujuan 
terapi CPAP adalah untuk mencegah tenggorokan menutup dan meredakan gejala-gejala yang muncul, seperti mengorok

BPAP (bilevel positive airway pressure)

Alat ini bekerja dengan cara menaikkan tekanan udara saat pasien menarik napas dan menurunkan tekanan udara saat pasien mengembuskan napas. Dengan begitu, pasien akan lebih mudah untuk bernapas. Alat ini juga bisa menjaga agar jumlah oksigen dalam tubuh pasien tercukupi.

- MAD (mandibular advancement device)
Alat ini didesain untuk menahan rahang dan lidah untuk mencegah penyempitan pada saluran pernapasan yang menyebabkan seseorang mendengkur
. Namun, MAD tidak dianjurkan bagi penderita apnea tidur yang parah.

- Operasi

Jika perubahan gaya hidup dan terapi dengan alat-alat di atas masih tidak berhasil memperbaiki gejala sleep apnea dalam 3 bulan, langkah selanjutnya yang dapat dipertimbangkan adalah operasi.

 

- Komplikasi Sleep Apnea

Jika tidak segera ditangani, sleep apnea dapat meningkatkan risiko penderitanya mengalami komplikasi, berupa:

- Sakit kepala berkepanjangan

- Tekanan darah tinggi 

- Diabetes tipe 2

- Penyakit jantung

- Sindeom metabolik

- Gangguan fungsi organ hati

- Depresi

Selain komplikasi di atas, sleep apnea juga dapat mengganggu aktivitas sehari-hari penderitanya dan menurunkan performa dalam bekerja atau belajar. Sleep apnea juga dapat meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan saat berkendara akibat rasa kantuk dan penurunan kewaspadaan. Efek gangguan tidur ini tentu tidak baik bagi kesehatan.

 

Pencegahan Sleep Apnea

Cara untuk mencegah sleep apnea adalah dengan mengontrol faktor risikonya. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan berhenti merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol. Apabila Anda sulit berhenti merokok atau menderita kecanduan alkohol konsultasikan dengan dokter agar mendapatkan terapi.

Jika Anda menderita obesitas, berkonsultasilah dengan dokter gizi untuk menjalani program penurunan berat badan agar risiko terkena sleep apnea lebih rendah. Dokter gizi akan mengatur pola makan yang sesuai dengan kondisi Anda dan menetapkan target penurunan berat badan yang aman.

Lebih lanjut, diskusikan dengan Dokter Spesialis THT RS Budi Kemuliaan apabila Sobat memiliki pertanyaan seputar masalah atau kesehatan anak. Lakukan reservasi dan daftar online bagi Anda pasien dengan rujukan BPJS atau umum melalui CUSTOMER SERVICE kami pada 0812 9000 3051 (WA) dan 021 384 2828 Ext 0/200 (TELP).

 

SUMBER :

Yeghiazarians, Y., et al. (2021). Obstructive Sleep Apnea and Cardiovascular Disease: A Scientific Statement from the American Heart Association. Circulation, 144(3), pp. e56–67.
Goodchild, T., & Lefer, D. (2020). Obstructive Sleep Apnea – The Not-so-Silent Killer. Circulation Research, 126(2), pp. 229–31.
National Sleep Foundation (2022). Sleep Disorders. Sleep Apnea.
National Health Service UK (2019). Health A to Z. Sleep Apnoea.
Mayo Clinic (2020). Diseases & Conditions. Sleep Apnea.
Benisek, A. WebMD (2021). Sleep Apnea.